Setelah
aku sadar bahwa ayah merupakan cinta pertama setiap anak perempuannya, tapi aku
tidak merasakan hal tersebut. Yang aku tau cinta pertama ku adalah kakek tiriku
yang sekarang tinggalah nama yang berada kekal dalam hatiku. Awalnya aku tidak menyadari
masalah yang ada dalam diriku ini, tetapi setelah aku mempelajari ilmu
Psikologi baru aku menyadari bahwa diriku ini memiliki banyak masalah yang
cukup serius. Aku, bisa di bilang tidak memiliki hubungan yang baik dengan
ayahku. Setelah pertengkaran hebat ketika aku pulang pukul 02.00 dinihari,
ketika itu aku sudah mendapatkan izin memberikan kejutan untuk ulang tahun
sahabat ku Acho dan akan mulai kejutan pukul 24.00. Ayahku mengiyakan dan
mengizinkan aku dan teman teman yang lain pergi, selama acara berlangsung
handphone ku mati. Aku pun diantar pulang oleh teman temanku termasuk acho
pukul 2 kurang. Tiba di depan gang rumah ku, aku dan yang lain mengobrol untuk
menyelesaikan masalah karna saat itu posisi aku dan acho kurang baik. Ketika
aku berdiri untuk masuk, ayahku keluar gang dan marah besar. Aku lari menuju
rumahku, masih terdengar suara ayahku mengomeli teman temanku. Sungguh saat itu
perasaan malu, marah, benci, dan bersalah pun tercampur. Aku menangis memasuki
kamar mandi setelah melewati mamaku yang terlihat sembab, ku kunci pintu kamar
mandi dari dalam. Terdengar suara ayahku yang terus mengomel diikuti suara
tangisan mamaku dan nenekku yang mencoba menenangkan ayahku. Saat itu juga
pintu kamar mandi serasa mau copot karna ketukan yang sangat keras dari lengan
ayahku yang cukup besar, Aku hanya terus menangis dan menutup telingaku. Setelah
beberapa lama aku berada di dalam kamar mandi dan selama itu pula ayahku
mengetuk pintunya, dan Brakkkkkk..!! pintu kamar mandi terbuka dan slot kunci yang
berukuran kecil menimpa kepalaku dan ayahku menyeret tubuhku keluar kamar mandi
dengan keadaan tubuhku sedikit basah di bagian kaki hingga betis karna aku
sempat mencuci kaki dengan asal. Aku tetap menutup telingaku dan nenekku
memelukku erat mencoba menenangkanku, ayahku tetap tak henti berkata. Mamaku
hanya bisa menangis dan memelukku juga, jadi posisi aku berada di tengah tengah
pelukan nenekku dan mamaku. Mulai saat itu setiap ayahku pulang kerja, aku
langsung masuk ke kamar. Dan terakhir aku mencoba untuk tetap berada di
posisiku ketika ayahku pulang kerja dan aku mencium tangannya tanpa melihat
matanya. Dan hingga saat ini ketika ayahku pulang kerja, aku merasa itu adalah
moment paling tidak kusukai.
Bahkan
aku pernah memiliki keinginan untuk tidak membantunya di akhirat kelak, Aku
juga pernah bahagia sekali ketika ayahku pergi keluar kota untuk bekerja.
Terkadang aku sedih ketika menyadari bahwa diriku ini seorang yang sangat kejam
dengan pemikiran seperti itu. Ayahku sering menyadari rasa benci ku ini dan ia
pun menyampaikan perasaannya tersebut kepada mamaku dengan mata yang
berkaca-kaca. Aku sempat sadar bahwa ayahku sangat ingin melihatku tersenyum
untuknya, tapi perasaan itu hanya menetap di hatiku untuk beberapa jam saja,
setelahnya hilang tanpa jejak dan diriku yang dingin kembali lagi. Ketika aku
remaja, aku suka membuat cerita dan isi dari beberapa ceritaku itu menceritakan
ayah dan mamaku tidak akur, orang tuaku bercerai, bahkan aku pernah tidak
menceritakan ayahku sama sekali. Tetapi cerita terakhirku aku menggunakan nama
ayahku untuk namaku di dalam cerita tersebut. Aku berfikir keras mengapa aku
seperti ini? Apa perasaanku sebenarnya?
Selama
hidupku, aku banyak mendengar cerita dari teman temanku tentang ayahnya. Dan
aku menggambarkan bahwa ayah itu orang yang cuek, tidak peduli, tidak banyak
omong, tidak banyak bertanya, tidak banyak nasehat, pencinta dari balik layar
dan sebagainya. Tetapi yang aku tau ayahku tidak begitu, ayahku seperti ibu
teman temanku, bawel, banyak bertanya, dan lain lain. Aku pernah kecewa kepada
tuhanku, kenapa aku diberikan ayah yang berbeda dari teman temanku? Aku
menginginkan sosok ayah yang selalu digambarkan oleh teman tremanku, film,
drama, disney, dan media lainnya yang pernah menggambarkan sosok ayah. Hingga
saat ini sosok ayah yang aku mau seperti kakek ku yang telah damai di alam yang
berbeda, dan aku masih mencari cara agar aku bisa berdamai dengan sosok ayah
yang aku miliki dan yang sangat berbeda dengan ayah yang aku maksud. Aku hanya
ingin berdamai denganmu ayah.